Dalam setengah abad terakhir, dua negara Asia, Korea Selatan dan Indonesia, telah menempuh jalur ekonomi yang sangat berbeda meski mereka merdeka dalam waktu yang hampir bersamaan. Korea Selatan berhasil melaju sebagai negara maju dengan pendekatan yang fokus pada insentif ekspor dan inovasi, sementara Indonesia masih bergelut dengan tantangan dari praktik rente yang menghambat daya saingnya.
Keberhasilan Korea Selatan dalam menumbuhkan ekonomi berbasis inovasi tidak lepas dari kebijakan insentif yang disertai dengan syarat ketat untuk mencapai target ekspor. Ini memacu konglomerat seperti Samsung dan LG untuk menjadi pemimpin pasar dalam produk berteknologi tinggi. Sebaliknya, Indonesia lebih banyak memberikan insentif berdasarkan kedekatan politik, yang menyebabkan munculnya pengusaha yang lebih mengandalkan jaringan politik daripada inovasi dan daya saing“Pertanyaan yang harus kita jawab Bersama, apa yang akan kita wariskan kepada generasi baru Indonesia 50 tahun yang akan datang?”
.
Perbedaan ini menghasilkan dampak yang signifikan terhadap ekonomi kedua negara. Korea Selatan kini menikmati status sebagai negara maju dengan pendapatan per kapita yang tinggi. Sementara itu, Indonesia masih berjuang untuk memecahkan jebakan pendapatan menengah, dengan ekonomi yang sangat bergantung pada konsumsi domestik dan rentan terhadap krisis eksternal“Pertanyaan yang harus kita jawab Bersama, apa yang akan kita wariskan kepada generasi baru Indonesia 50 tahun yang akan datang?”
.




